AHLAN WA SAHLAN

SELAMAT DATANG DI ARROHMAH HERBAL

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 23 Maret 2012

Habbatussauda Kurma Ajwa

Habbatussauda Kurma Ajwa,
Produk Habbat Terbaik dan Terlaris

Habbatussauda Kurma Ajwa, Produk Habbat Terbaik dan Terlaris Kami Rahmah Herbal Online menyediakan Habbatussauda terlaris dengan harga Terbaik dengan tujuan saling membantu sesama muslim. "Sesungguhnya di dalam habbatus sauda terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit kecuali kematian" (HR. Bukhari 5688/Fathul Bari X/143 dan Muslim 2215) Terbuat dari 100% Habbatussauda Habasyah yang sudah tidak diragukan lagi kualitas dan khasiatnya. Diproses dengan teknologi modern dan di bawah pengawasan tenaga ahli farmasi yang berpengalaman, hasil produk lebih hitam, berminyak dan halus sehingga lebih mudah diserap tubuh serta lebih terasa khasiatnya.
Khasiat dan kegunaan :
  • Membantu mengatasi berbagai penyakit seperti : rematik, asam urat, peradangan tenggorokan, sendi, migrain, exim dan alergi.
  • Membantu mengobati gangguan jantung, ginjal, liver, kencing manis, TBC, paru-paru kronis, sesak napas, asthma, insomnia, wasir, dan stroke.
  • Membantu menormalkan / menstabilkan kolesterol, darah tinggi dan anemia.
  • Membantu mengobati kanker dan membuang racun dalam tubuh.
  • Membantu meningkatkan ASI dan daya tahan tubuh / imunitas.


Informasi Produk 120 Kapsul
Isi : 120 Kapsul
Harga : Rp. 26.500
Bahan : Habbatussauda/Jinten hitam/Black SeedVolume : 120 Kapsul @ 600 mg

Perizinan :
- Izin Industri Obat Tradisional (IKOT) No.448.3/12375-Was
- Izin Edar Produs dengan Registrasi POM TR.073 367 991
- Sertifikat halal Cangkang Kapsul MUI 00140016360701
- Hak Paten Merk D00 2007008822

  • Batasan Pembelian:
Untuk Habbatussauda "Cap Kurma Ajwa" 120 Kapsul (harga standar: Rp. 26.500)
Beli 1 dapat harga disc @ Rp.22.000
Beli 3 dapat harga disc @ Rp.19.000
Beli 6 dapat harga disc @Rp.18.500
Beli 16 dapat harga disc @ Rp.17.500
Beli 25 dapat harga disc @ Rp. 16.500


Komposisi : Habbatussauda (nigella sativa) 100%
Aturan pakai :
Dewasa : 2-3 kapsul pagi dan sore
Anak-anak 1-2 kapsul pagi dan sore
 ------------------------------------------------------------
RAHMAH Herbal Online menerima Pesanan Produk Herbal Seluruh Wilayah Jawa Timur, Hubungi langsung

Imam Mustaqim(Abu Rahmah): Cp. 0857 32 777 825 (Im3)/0812 3135 4400(simpati)
Email. Mustaqim.008@gmail.com

Cara Pembayaran:
Transfer Via Bank :

Muamalat : 909 7253599 A.n Imam Mustaqim Cab Surabaya
Khusus kota Surabaya bebas ongkos kirim.

Rabu, 21 Maret 2012

Habbat Saffana

Habbat Saffana 120 Kapsul

Nama Produk : Habbat Saffana 120 Kapsul
Harga                 : Rp. 30.000,00
Produsen          : CV. Syifa Herbal Alami
Volume / Isi    :  120 kapsul
Izin Depkes      : POM TR 113324281
Deskripsi Produk :


Produk : Habbat Saffana 120 Kapsul
Habbatussauda (Nigella Sativa) atau Jintan Hitam adalah rempah-rempah berbentuk butiran biji berwarna hitam yang telah dikenal sejak lama oleh masyarakat dan membantu memelihara dan menjaga daya tahan tubuh.
Komposisi :
100% Habbatussauda (Nigella Sativa)
Khasiat Habbatussauda :
  •  Menjaga stamina dan kekuatan tubuh
  •  Memperlancar peredaran darah ke otak dan memperkuat daya konsentrasi
  •  Menormalkan kadar kolesterol dalam darah
  •  Mengatasi problema impotensi & menyeimbangkan hormon sex
  •  Anti zat-zat penyebab tumor dan kanker
  •  Asma/sesak nafas, bronchitis, TBC, sakit liver, ambeien, diare, rematik, asam urat, stroke, gangguan jantung, peradangan sendi, batu empedu, cacingan, keputihan, maag, sakit kepala/migraine, sakit gigi, radang tenggorokan, demam, flu, jerawat, alergi, meningkatkan asi
  • Luka bakar, luka lama dan baru, borok, panu, kurap dan penyakit kulit lainnya
Petunjuk Pemakaian :
Dewasa : 1×2 Kapsul / hari
LP-POM MUI : 00140016360701

Habba Syifa

Selamat Datang di

RAHMAH HERBAL

Habbasyifa 90 Capsul isi cair

Harga:Rp. 45.000

Keterangan:Habbasyifa.
Habbatusauda yang lebih terkenal dengan jintam hitam adalah salah satu tanaman obat dalam
Thibbun nabawi ( Pengobatan nabi) . Habbatusauda digunakan sebagai obat segala macam penyakit
oleh masyarakat Mesir, India, Pakistan dan negara timur lainnya.
Sebuah hadist mengatakan
" Sesungguhnya di dalam Habbatusauda terdapat penyembuh berbagai macam penyakit,
kecuali kematian " ( HR. Bukhori : 5688 dan Muslim 2215)
Habbasyifa mempunyai manfaat :
- Menyembuhkan jantung
- Stroke
- Gangguan Lambung
- Membuang dan menetralisir racun dalam tubuh
- Menyeimbangkan Hormon DLL.
Habbasyifa di kemas oleh CV Syifa Herbal Alami
Di kemas dengan Higienis
Menggunakan bahan baku yang berkualitas
Menggunakan kardus luar sehingga terlindung dengan sinar matahari
Menerima partai besar dan agen.


 RAHMAH HERBAL
Alamat. Masjid ARROHMAH Jl. Dukuh Setro 2-A/7, Kel. Dukuh Setro, Kec. Tambaksari (Dekat Jembatan SURAMADU)
Cp. 085732777825/081231354400

Email : mustaqim.008@gmail.com

No. Rekening :909 7253599

Bank Muamalat a/ n Imam Mustaqim

MINYAK ZAITUN RUQYAH (MIZAR)


 Apakah Anda sedang mencari solusi ?
Saudara Anda, Teman Anda atau bahkan Anda sendiri terkena sihir, gangguan jiwa, penyakit ‘ain, guna-guna, dll ? 
Atau Penyakit yang tak kunjung sembuh ?

Dari : Rahmah Herbal

http://minyakzaitunruqyah.com/wp-content/uploads/2012/01/slide1.jpg
Jangan anggap sepele masalah Anda dan jangan coba-coba untuk lari ke dukun..!!
Segera Atasi dengan menempuh Jalur Syar’i..!!

Sebagai kepedulian kami pada syariat islam yang terabaikan oleh sebagian ummat terhadap fenomena kesurupan, sihir, guna-guna, rasa cemas/was-was, mimpi buruk maupun penyakit-penyakit medis (ilmu kedokteran), kini hadir ditengah-tengah anda MIZAR (Minyak Zaitun Ruqyah) yang terbuat dari minyak zaitun pilihan dan telah diruqyah oleh praktisi ruqyah syar'iyyah da'i-da'i sunnah dengan ijin Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dapat mengatasi keluhan-keluhan seperti :

Penyakit-Penyakit Medis : Struk, darah tinggi, ganguan jantung, kolesterol, dibetes, asam urat, ganguan pada lambung, pegal-pegal, sakit piunggang, nyeri otot, memperkuat rambut, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah dan mengobati kanker, anti aging (penuaan), melancarkan peredaran darah, mencegah pikun, mencegah keroposan tulang, dan memperkuat tubuh melawan HIV. Dll.

Penyakit-penyakit non medis : Kesurupan, guna-guna, sihir, was-was, ganguan jiwa, mimpi buruk, dll.
Saudaraku..!! Saatnya kita beralih pada terapi pengobatan islami. Gunakan MIZAR dalam mengatasi keluhan-keluhan anda.

Buktikan..!!! Keistimewaan MIZAR yang berasal dari pohon yang diberkahi. 

Dapatkan MIZAR di RAHMAH HERBAL 

Alamat: Masjid ARROHMAH Jl. Dukuh Setro 2-A/7 Kel. Dukuh Setro Kec. Tambaksari Surabaya (Dekat Jembatan SURAMADU) 
Cp. 085732777825/081231354400
Khusus untuk kota Surabaya Bebas ongkos kirim

 






Rabu, 08 Desember 2010

MANHAJ BUKAN FIGURITAS

Pondasi tarbiyyah yang amat penting adalah hendaknya seorang da`i bersungguh-sungguh dalam tarbiyyah, dengan cara menguatkan hubungannya dengan Allah Subhanahu Wata'ala. Hendaknya kekokohan hubungan tersebutpun dijalin dengan manhaj-Nya,  bukan bergantung kepada manusia, karena manusia sangat dipastikan dapat berubah. Sedangkan Allah Subhanahu Wata'ala adalah Dzat Yang Maha Hidup, tidak akan mati ataupun berubah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala:
Semua yang ada di langit dan di bumi selalu minta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan [QS. ar-Rahmān (55): 29]

Sesungguhnya masalah ketergantungan kepada figuritas memiliki sisi negatif, di antaranya: Seseorang dapat berubah dikarenakan perubahan sosok figurnya. Oleh karena itu al Qur’an datang untuk mengikrarkan hakekat utama tersebut; yaitu hakikat bergantung atau berpegang kepada manhaj dan membuang bergantung kepada figuritas, walaupun mereka seorang rasul. Di dalam surat Ali ‘Imran yang menceritakan perang Uhud, Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:
 “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya be-berapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kalian berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur [QS. Āli ‘Imrān (3): 144]
Sesungguhnya dakwah lebih utama dari pada sosok seorang da’i, sebagaimana al Qur’an telah membina para shahabat dan umat ini untuk senantiasa berpegang pada manhaj serta membenci figuritas. Inilah manhaj Rosululloh Salallahu Alaihi Wasalam, dan manhaj seluruh orang yang menyeru kepada Allah di atas bashirah  (ilmu).
Beberapa Contoh Nyata:
1.    Dari ‘Irbadh bin Sariyah rda, ia berkata:
Rasulullah menasehati kami dengan sebuah nasehat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata, maka kami berkata:
Ya Rasulullah seolah-seolah ini adalah nasehat terakhir (yang engkau tinggalkan), maka beri-lah kami wasiat!, maka beliau bersabda:
Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, serta untuk mendengar dan taat walaupun yang memerintahkan kalian seorang budak. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, niscaya ia akan melihat banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para al-khulafa ar-rasyidin yang diberi petunjuk, gigitlah hal tersebut dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena setiap bid’ah adalah sesat
2.    Dari Jabir rda, bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:
Hendaknya kalian mengambil manasik haji dariku, karena aku tidak tahu barangkali aku tidak berhaji lagi setelah tahun ini…”
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam mewasiatkan mereka untuk berpegang teguh dengan sunnahnya dan mengikuti petunjuknya, yaitu agama yang disampaikan dari Allah Subhanahu Wata'ala. Beliau mengikat para shahabat dengan manhaj Allah Subhanahu Wata'ala, bukan dengan figuritas, walaupun beliau masih hidup di tengah-tengah mereka.
Dahulu para shahabat saling membimbing satu dengan yang lainnya. Hal itu bukan sesuatu yang aneh, karena Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam telah mentarbiyyah mereka untuk saling meng-ingatkan satu dengan yang lainnya, tentang hakikat bergantung kepada manhaj dan dengan membuang figuritas.
Di saat muncul kecenderungan dan simpati terhadap figuritas tertentu, di saat itu pula jiwa menjadi lemah dan menurun. Hal itu nampak dalam contoh berikut:
1.    Ibnu Abi Najih, dari bapaknya, ia berkata:
Bahwa ada seorang laki-laki dari golongan Muhajirin lewat di hadapan seseorang dari golongan Anshar, dalam keadaan berlumuran darah, maka ia berkata kepadanya: “Wahai fulan, apakah kamu merasa bahwa Rasulullah telah terbunuh? Dan hal ini terjadi pada saat perang Uhud, maka orang Anshar tadi berkata:
Apabila Muhammad terbunuh, sungguh ia telah menyampaikan risalah-Nya. Maka berperanglah dengan agama kalian”.
2.    Ketika perang Uhud, semua orang lari cerai-berai, namun Anas bin Nadhar rda tidak ikut lari, hingga terdengar di telinga ‘Umar bin Khaththab RadhiallahuAnhu dan Thalhah bin Ubaydillah rda bahwa para pahlawan dari golongan Muhajirin dan Anshar pun telah membuang senjata-senjata mereka, maka Anas bin Nadhar berkata:
Apa yang membuat kalian duduk?, mereka berkata: “Rasulullah telah terbunuh”.
Kemudian beliau berkata:
Apa yang akan kalian perbuat dalam kehidupan sepeninggalnya? Bangkitlah kalian dan matilah kalian di atas kematian yang telah membuat wafat Rasulullah”.
Kemudian beliau terjun bertempur menghadapi kaum musyrikin, seraya menghampiri Sa’ad bin Mu’adz dan berkata:
Wahai Sa’ad, oh... harumnya bau surga, sungguh aku telah mendapatkannya di Uhud”
Kemudian beliau bertempur hingga terbunuh, dan ditemukan dalam tubuhnya lebih dari 72 tusukan pedang sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengenalinya, kecuali saudara perempuannya.
Sesungguhnya kewajiban seorang murabbi atau seseorang yang dijadikan panutan adalah agar ia mendidik pengikutnya untuk senantiasa bergantung kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan menghilangkan ketergantungan pada figuritas. 
Gambaran Keterkaitan Terhadap Figuritas
1.    Meninggalkan kesungguhan ketika sang DAI pergi, dipenjara atau wafat.
2.    Meninggalkan amal shalih karena sang DAI jauh darinya.
3.    Tidak sabar ketika berpisah dengan sang DAI.
4.    Menerima semua pendapat SANG DAI, padahal pendapatnya tidak sebanding dengan pendapat-pendapat ulama yang menjadi rujukan ummat.
5.    Menganggap remeh berbagai kesalahan dengan alasan karena DAInyapun mengerjakannya.
6.    Mengagungkan, memuji serta menyanjung SANG DAI hingga sangat berlebihan.
7.    Justifikasi berbagai macam kesalahan DAI, dan tidak menerima pendapat bahwa DAI pun bisa salah, justru menganggap DAI sebagai orang yang selalu benar.
8.    Tidak mau berdiskusi dengan DAI dalam beberapa permasalahan tarbiyah yang belum dipahami, dengan alasan takut DAInya marah apabila ia mendebatnya.
9.    Tidak adanya kejelasan dalam segala urusannya, dengan alasan mungkin DAInya telah merubah pandangannya.
10.   Menyembunyikan sebagian perbuatan dan perkara jelek yang tidak seharusnya, termasuk perbuatan maksiat, dengan alasan bahwa DAInya bisa marah kepadanya, sehingga akan berubah pandangan terhadapnya.
11.   Ketaatan membabi buta terhadap DAI hingga terhadap kesalahan-kesalahannya.
12.   Membela DAI dari serangan orang lain, hingga terhadap kesalahannya sekalipun.
13.   Lebih mengutamakan kemaslahatan duniawi DAI, dibandingkan kemashlahatan orang tua dan keluarganya.
14.   Taqlid terhadap sifat-sifat buruk DAI.
15.   Berbenturan dengan realitas DAI, apabila muncul kesalahan darinya hingga mengakibatkan kemunduran dalam sisi keagamaan.
Maka seorang pencari ilmu  menjadikan ketergelinciran DAI sebagai alasan untuk menjauhi kebenaran.
Imam Sufyan bin ‘Uyaynah mensifati mereka yang menjadikan ketergelinciran DAInya sebagai alasan untuk menjauhi kebenaran sebagai sifat al-hamaqah (kedunguan atau ketololan).  Kemudian ada salah seorang yang melirik kepadanya, dengan kasar dan keras ia bertanya kepadanya:
Sesungguhnya ada sekelompok kaum yang mendatangimu dari berbagai penjuru, kemudian apabila engkau memarahi mereka, maka aku khawatir mereka akan pergi meninggalkanmu”, maka beliau membalas dengan berkata:
Mereka adalah orang-orang dungu sepertimu, mereka meninggalkan hal yang bermanfaat bagi mereka dikarenakan keburukan akhlakku”
Kemudian Sufyan memberikan sebuah pemahaman kepada penanya dengan sebuah kaidah, yaitu:
Bergantunglah kepada kebenaran dan tinggalkanlah ketergantungan kepada figuritas”
Dengan demikian, seorang DAI atau publik figure, bukanlah merupakan perwujudan sebuah kebenaran ataupun dakwah, artinya; ketika kita menemukan aib atau kesalahan pada diri seorang DAI pastilah berbeda dengan menemukan kesalahan atau khilaf dalam sebuah kebenaran.
Sebab Kronisnya Penyakit Figuritas
Intinya adalah karena adanya sifat-sifat kemanusiaan seseorang, di antaranya adalah:
1.    Munculnya daya tarik seorang DAI (kefasihan berbicara, pandai, cerdik, dan lain-lain).
2.    Banyaknya pertemuan tanpa target yang jelas dan dibangun hanya atas dasar kesamaan tabiat.
3.    Kehilangan sosok figur semenjak beranjak dewasa.
4.    Tidak diikatnya peserta didik dengan teladan ma`shumnya yaitu Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam.
5.    Tidak diikatnya peserta didik untuk memelihara hubungan dengan Allah dan bergantung hanya kepada agana-Nya.
6.    Mengutamakan emosional atau sensitifitas dalam bermuamalah dengan DAI, dan menjadikan hal ini sebagai hukum.
7.    Tidak adanya perhatian terhadap sebagian kaidah-kaidah dakwah dan tarbiyyah (perbedaan cinta kepada Allah Subhanahu Wata'ala dengan cinta kepada individu, dan antara cinta di jalan Allah Subhanahu Wata'ala dengan cinta bersama Allah Subhanahu Wata'ala).
8.    Tidak ada peringatan kepada para peserta didik tentang bahaya figuritas.
9.    Menunda-nunda dalam memberikan peringatan tentang bahaya figuritas dengan alasan untuk menarik perhatian peserta didik dan agar mereka tidak lari ketika mereka baru meniti dakwah.
10. Tidak adanya perhatian DAI terhadap masalah ini, bahkan menganggapnya sebagai hal sepele.
11. Tidak adanya kejujuran dari tiap individu yang terfitnah masalah ini.
12. Bisikan syetan kepada para DAI dengan menganggap dirinya sebagai orang publik figur yang penting.
13. Adanya kesalahan dalam menilai seorang individu.
14. Mengabaikan sisi tarbiyyah dzatiyyah (jati diri), atau lebih mengutamakan tarbiyyah kolektif daripada tarbiyyah fardiyyah.
Dampak Negatif Penyakit Figuritas
1.    Meninggalkan kesungguhan secara total setelah DAI pergi, dipenjara ataupun wafat.
2.    Meninggalkan amal shalih karena jauhnya DAI.
3.    Terjerumus dalam kultus individu.
4.    Terkadang siap berbuat maksiat kepada orang tua (durhaka), demi mendahulukan DAI.
5.    Kehilangan jati diri (tidak pede, minder).
6.    Melahirkan generasi yang rapuh, yang didominasi emosional dan sensitifitas pribadi.
7.    Menjadikan emosi atau perasaan individu sebagai hukum dalam memutuskan.
8.    Tidak mau menerima upaya penegakan agama yang jauh dari jangkauan DAInya. 
9.    Riya dan tidak mau beramal kecuali di bawah pengawasan DAInya.
10. Tidak mau menasehati DAI ketika berbuat salah.
11. Terjerumus dalam kesembronoan, ketergesagesaan dan kecerobohan yang merupakan cerminan DAInya.
Obat Mujarab Menghindari Figuritas
1.    Pada tahun-tahun pertama tarbiyyah, hendaknya diberikan perhatian tentang makna dan hakikat bergantung kepada Allah Subhanahu Wata'ala serta makna hakiki tentang kecintaan kepada Nya.
2.    Memberikan perhatian tentang pokok-pokok keimanan dan makna syirik dalam kecintaan kepada selain Allah Subhanahu Wata'ala.
3.    Kejujuran dari tiap individu yang terfitnah masalah ini, dan jangan menunda-nundanya hingga parah.
4.    Kewaspadaan seorang DAI terhadap masalah tersebut dengan memberikan peringatan tentang bahayanya kepada setiap peserta didik secara rutin.
5.    Ketergantungan pribadi hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan kepada manhaj-Nya.
6.    Mendiskusikan masalah-masalah tersebut di forum-forum terbuka yang melibatkan seluruh peserta didik.
7.    Mengikat para pencari ilmu (peserta didik) dengan qudwah (suri teladan) utama mereka, yaitu Rasululah Salallahu Alaihi Wasalam.
8.    Memberikan perhatian terhadap tarbiyyah dzatiyyah (pembinaan jati diri).
9.    Memberikan perhatian terhadap keikhlasan dan amal perbuatan yang tidak diperuntukkan melainkan hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Barangsiapa yang amal perbuatannya diperuntukkan hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala, maka amal tersebut akan langgeng dan kekal. Sebaliknya, barangsiapa amal perbuatannya diperuntukan kepada selain-Nya, maka amal itu akan hilang tiada berbekas, bahkan hanya akan berujung kepada penyesalan yang tiada guna.
10. Menyebarkan semangat beramal dan beretos kerja hanya untuk agama, di manapun dan kapanpun kita berada.
Kemudian,…ketahuilah!!
1.    Ketahuilah, bahwa salah satu bentuk kesalahan dalam tarbiyyah adalah ketergantungan pada figuritas dengan tidak memperdulikan sisi manhaj.
2.    Ketahuilah, bahwa al-Qur’an yang mulia telah menetapkan sebuah hakikat, yaitu bergantung hanya kepada manhaj dan membuang jauh-jauh berbagai ragam bentuk figuritas.
Demikian halnya dengan manhaj Nabi Salallahu Alaihi Wasalam dan manhaj para penyeru di jalan Allah Subhanahu Wata'ala, semuanya berjalan di atas bashirah.
3.    Ketahuilah, bahwa ujung kehidupan manusia adalah menuju kefanaan (kematian), sedangkan akhir sebuah aqidah adalah menuju kekekalan dan keabadian.
4.    Ketahuilah, bahwa wujud sebuah dakwah lebih utama dan lebih kekal dari pada wujud seorang da’i.
5.    Ketahuilah, bahwa manhaj Allah Subhanahu Wata'ala adalah manhaj yang berdiri sendiri, terlepas dan tidak terkait dengan orang-orang yang membawa dan menyampaikannya.
6.    Ketahuilah, bahwa seluruh sumber daya yang dimiliki wajib dibangun di atas dasar hubungan yang kuat dengan Allah Subhanahu Wata'ala.
7.    Ketahuilah, bahwa sangat mungkin bagi seorang manusia untuk berubah, akan tetapi Allah Subhanahu Wata'ala adalah Dzat Yang Maha Hidup, yang tidak akan pernah mati, Dia-lah yang sanggup untuk merubah sesuatu dan Dia sendiri tidak akan pernah berubah.

Senin, 22 November 2010

HEROISME SANG PENGENGGAM BARA API

تزول الجبال الراسيات و قلبه      على العهد لا يلوي و لا يتغير

“Boleh jadi gunung tinggipun hancur berantakan, namun hati seorang pejuang tiada pernah kan bergeming dan berubah, ‘tuk senantiasa memegang teguh janji setianya”

Saat pertama aku mengenalnya, kudapati jiwanya adalah jiwa yang berkarakter lain, penuh gelora hidup untuk dapat memberikan andil perjuangan, sigap untuk selalu menyongsong beragam ketaatan, senantiasa dihinggapi semangat hidup dan semangat juang, serta lebih banyak berbuat namun sedikit bicaranya.
 Maka pantaslah dia menjadi sang panutan dalam kepribadian dan dalam dakwah. Tatkala diperintahkan untuk berjaga di barisan belakang perjuangan, dengan sigap dia segera berbaur ke belakang. Dan tatkala diperintahkan untuk berjaga di front terdepan, maka secepat kilat diapun telah berada di garda terdepan dalam perjuangan.
 Setelah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, maka aku menyangka bahwa kepribadian dan karakternya pastilah telah berubah oleh berbagai fitnah kehidupan, atau bisa jadi jiwanya semakin lembut, semangatnya semakin redup, atau paling minimal adalah bahwa perjuangan dan tekadnya mulai luntur.
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala  akan senantiasa meneguhkan para waliNya yang shalih dengan kekokohan hati serta membantunya untuk dapat mengentaskan berbagai kesulitan dan rintangan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ فِي اْلأَخِرَةِ...
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.....” [QS. Ibrāhīm (14): 27].
Syaykh ‘Abdur Rahmān as-Sa’diy berkata:
“Allah mengabarkan bahwa Dia meneguhkan hamba-hamba-Nya yang beriman, yaitu hamba-hamba-Nya yang telah menunaikan kewajiban iman di lubuk hati mereka dengan sempurna, yang sekaligus menumbuhkan gelora amal perbuatan dari seluruh anggota badannya. Yaitu Allah meneguhkan mereka dalam kehidupan dunia berupa hidayah menuju keyakinan yang mantap tatkala syubuhat datang menyerang, atau berupa tekad kuat tatkala syahwat dirinya meradang, dan berupa kesigapan untuk senantiasa lebih mendahulukan kecintaan Allah daripada kecintaan hawa nafsu dan keinginan terselubungnya.
Dan Dia meneguhkan mereka dalam kehidupan akhiratnya, yaitu dengan meneguhkan keislamannya tatkala maut datang menjemput hingga beroleh husnul khatimah, dan dengan meneguhkan mereka untuk menjawab pertanyaan dua malaikat tatkala berada di alam kubur. Maka merekapun akan dapat menjawabnya dengan benar, bahwa Allah adalah Rabbku, Islam adalah agamaku dan Muhammad adalah Nabiku” (Taysīr al-Karīm ar-Rahmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān: 425-426)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ يَنصُرْكُمْ وَ يُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” [QS. Muhammad (47): 7]
Syaykh as-Sa’diy berkata:

“Allah memerintahkan orang-orang beriman agar menolong-Nya, yaitu menegakkan agama-Nya, mendakwahkannya, berjihad melawan musuh-musuhnya dan mempersembahkan semua hal tersebut semata-mata hanya karena mengharap wajah-Nya.
Apabila mereka telah menunaikan perintah tersebut, maka Allah akan memberikan kemenangan dan meneguhkan langkah mereka. Yaitu dengan menganugerahkan kesabaran, ketenangan dan keteguhan dalam hati mereka, menyabarkan penderitaan tubuh mereka dan memenangkan mereka dari gempuran musuh-musuhnya” (Taysīr al-Karīm al-Rahmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān: 785)

Dan bukankah angin topanpun tidak sanggup untuk menghantam gunung yang tegar ataupun pohon yang kokoh? Dan bukankah Rasulullah Salallahu Alihi Wasalam telah bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الْخَامَّةِ مِنَ الزَّرْعِ: مِنْ حَيْثُ أَتَتْهَا الرِّيْحُ كَفَأَتْهَا، فَإِذَا اعْتَدَلَتْ تَكْفَأُ بِالْبَلاَءِ
“Perumpamaan seorang mukmin adalah bagaikan sebuah pohon yang kokoh, yaitu tatkala angin berhembus kencang maka dia berusaha keras menghadangnya agar tetap tegar, dan tatkala angin berhembus semilir, maka diapun tetap dalam ketegarannya” (HR. al-Bukhāriy dalam Kitāb al-Mardha’ Bab Mā Jā’a fī Kaffārah al-Maradh 10/103 No. 5644)

Mungkin saja berbagai fitnah kehidupan sanggup untuk mengikiskan bagian kehidupan duniawinya, baik harta benda maupun anggota badannya, akan tetapi sesungguhnya apapun yang ada di dunia ini, maka tidak akan sanggup untuk menggoda dan menggelincirkan kaum mukminin.

Dan tidak akan pernah sedikitpun sanggup melumpuhkan tekadnya, meskipun hidup dalam deraan derita dan kemiskinan, kesempitan dan penderitaan, karena jiwanya adalah jiwa seorang kesatria pejuang, tekad perjuangannya senantiasa bergelora, dan hatinya senantiasa tunduk patuh kepada Rabbnya dengan penuh sakinah dan thuma’ninah.
Boleh jadi gunung tinggipun hancur berantakan, namun hati seorang pejuang tiada pernah kan bergeming dan berubah, ‘tuk senantiasa memegang teguh janji setianya
Belum pernahkah kita menyaksikan seorang kesatria pejuang dari generasi pertama yang pada suatu saat ditikam musuh dan bersiap hendak meregang nyawa, namun di detik terakhir kehidupannya, dia masih lantang berseru dengan penuh senyum kemenangan:
( فُزْتُ وَ رَبِّ الْكَعْبَةِ )
Demi Allah, akulah sang pemenang
Ternyata, kisah heroik ini tidak hanya menjadi milik generasi para shahabat, bahkan dalam setiap generasi kaum muslimin akan senantiasa ada epos kepahlawanan yang mempesona seperti ini, yang memancarkan pesona kebaikan dan keagungan sebagai seorang martir, sehingga kisahnya senantiasa menjadi buah bibir dan keteladanan dalam memegang teguh dan memperjuangkan panji kebenaran.
Banyak sekali orang-orang yang sanggup untuk merengkuh kebenaran, namun sangat sedikit sekali di antara mereka yang mampu untuk berkata lantang, tegar dan sabar dalam memperjuangkan kebenaran tersebut. Dan yang sedikit inilah yang sanggup untuk merubah perjalanan sejarah dan mereformasi realita ummat yang menyedihkan.
Alangkah menawannya ungkapan al-Rāfi’iy yang berkata:

رُؤْيَةُ الْكِبَارِ شُجْعَانًا هِيَ وَحْدَهَا الَّتِي تُخْرِجُ الصِّغَارَ شُجْعَانًا، وَ لاَ طَرِيْقَةَ غَيْرُ هَذِهِ فِي تَرْبِيَّةِ شَجَاعَةِ اْلأُمَّةِ

“Hanya dengan bimbingan pahlawan berpengalaman yang berhati ksatrialah yang sanggup menggelorakan keberanian para pemuda, dan hal ini tidak akan terealisasi kecuali melalui pembinaan yang ditujukan untuk memupuk keperwiraan ummat” (Majallah ar-Risālah vol. 94, Muharram 1354)

Kalau kita renungkan dengan seksama tentang hal-ihwal dan kondisi kaum muslimin, tentunya kita akan mendapati bahwa kebanyakan mereka secara umum adalah orang-orang yang tidak memiliki andil untuk menyebarkan dakwah dan mengangkat panji perjuangannya. Tekad mereka nyaris tiada berdetak, dan bahkan tidak pernah memberikan perhatian sedikitpun.
Perasaan mereka tidak tersentuh sedikitpun tatkala menyaksikan kehormatan agama diinjak-injak dan dinodai para durjana. Dada mereka tidak pernah merasa sesak tatkala panji tauhid dicabik-cabik. Karena ambisi mereka hanyalah kehidupan dunia yang bersifat fatamorgana lagi fana.
Di belahan dunia yang lain, kitapun melihat sekelompok kesatria yang dengan sigap mengangkat panji tauhid dengan penuh keyakinan dan kemantapan ilmu. Mereka siap mengorbankan harta, keluarga dan bahkan jiwa mereka sendiri demi tegaknya panji tauhid.
Cacian dan celaan yang menghujani mereka tiada sedikitpun menyurutkan langkah. Kita jumpai mereka senantiasa ruku' dan sujud seraya berharap akan karunia dan keridhaan Allah. Itulah sekelompok insan yang telah menggenggam kedudukan agung, sedangkan selain mereka hanyalah beroleh “kedudukan sisa”.
Salah satu hikmah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang pasti adalah bahwa sarana yang dapat menghantarkan kepada kedudukan tersebut merupakan jalan terjal yang teramat sulit. Karena kalau seandainya jalannya mudah, tentulah akan banyak manusia-manusia lain yang sanggup menjadi para prajuritnya, bahkan mungkin secara berbondong-bondong.
Maha benar Allah Subhanahu Wa Ta'ala  yang berfirman:
لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَ سَفَرًا قَاصِدًا لاتَّبَعُوكَ وَ لَكِن بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَ سَيَحْلِفُونَ بِاللهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنفُسَهُمْ وَ اللهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu, keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-sama. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta” [QS. at-Tawbah (9): 42]

Syaykh as-Sa’diy berkata:
Allah memberikan genderang perang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka sigap untuk pergi berperang di jalan-Nya, baik saat sulit maupun nyaman, dengan semangat maupun terpaksa, saat panas menyengat maupun dingin yang menusuk tulang, bahkan dalam berbagai kondisi.
 Yaitu dengan mengerahkan segenap kemampuan dengan seoptimal mungkin, baik dengan harta benda maupun dengan jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa selain dengan jiwa, maka jihadpun diwajibkan dengan harta benda, bahkan hal ini sangat dibutuhkan sekali.
Dan jihad dengan jiwa dan harta benda adalah idealisme yang lebih baik dari pada hanya berpangku tangan. Karena di dalamnya terdapat keridhaan Allah, kemenangan beroleh derajat kedudukan yang tinggi di sisi-Nya, menolong agama-Nya dan menjadikannya sebagai tentara dan golongan-Nya.
Dan seandainya tujuan jihad tersebut hanya sekedar untuk mendapat manfaat duniawi yang mudah diperoleh, atau hanya sekedar perjalanan singkat yang mulus, maka banyak orang yang akan mengikutinya, karena tidak akan menemui rintangan yang berarti sedikitpun.
 Sebaliknya, ketika perjalanan tersebut adalah sebuah perjalanan jauh yang melelahkan dan dipenuhi banyak hambatan, maka banyak orang yang merasa berat menitinya…” (Taysīr al-Karīm ar-Rahmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān: 338)

Sumber daya hakiki yang dimiliki ummat bukanlah berupa harta, persenjataan ataupun sumber tambang dan hal lainnya, karena sesungguhnya sumber daya hakiki tersebut adalah sumber daya manusia yang perkasa, yang memiliki tanggung jawab untuk mengemban amanah yang agung.

Sumber daya hakiki berupa jiwa yang senantiasa siap untuk mempersembahkan dan bahkan mengorbankan kehidupannya demi untuk mengayomi dan melindungi da'wah. Dan gambaran keindahan dari tipikal insan yang berdaya guna ini adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Rasulullah saw adalah:

مِنْ خَيْرِ مَعَاشِ النَّاسِ لَهُمْ رَجُلٌ مُمْسِكُ عَنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيْلِ اللهِ يَطِيْرُ عَلَى مَتْنِهِ، كُلَّمَا سَمِعَ هَيْعَةً أَوْ فَزْعَةً طَارَ عَلَيْهِ يَنْبَغِي الْقَتْلَ أَوِ الْمَوْتَ مَظَانُّهُ

“Sebaik-baik penghidupan yang diupayakan oleh seorang manusia yang akan memberikan kebaikan baginya adalah keturunan yang berjiwa militan yang senantiasa bersiaga untuk memacu kudanya menuju medan laga di jalan Allah, yang manakala terdengar genderang perang atau gemerincing pedang dimana pilihannya saat itu hanyalah membunuh ataukah terbunuh, maka diapun dengan sigap menyongsongnya” (HR. Muslim dalam Kitāb al-Imārah Bāb Fadhl al-Jihād wa ar-Ribāth 3/1503 No. 1889)

Dia adalah seorang kesatria yang telah menadzarkan dirinya untuk membela Allah swt dan senantiasa menyiapkan dirinya untuk berjuang di jalan-Nya, tiada satupun halangan yang sanggup menghadangnya. Renungkanlah bersama sabda Rasulullah saw dalam ungkapan “...memacu kudanya...”, dan ungkapan “...dengan sigap menyongsongnya”.

Saat ini kita berada dalam suatu masa yang masing-masing kita dituntut untuk berfikir “Apakah yang dapat aku persembahkan?”, atau bahkan “Bagaimana aku sanggup untuk menghasilkan suatu (perjuangan) melebihi kemampuan yang ada?”! Hal ini tidak akan mungkin dapat direalisasikan kecuali dengan tekad dan semangat membara yang dilandasi kejujuran, sehingga dalam berbuat atau berproduksi dia senantiasa berfikir jauh ke depan, baik dalam mempersembahkan andilnya maupun dalam beramal secara kreatif, dan tidak akan pernah rela untuk beramal dengan sedikit lagi minim.
فـكن رجـلا رجله في الثـرى
و هـامة هـمته في الـثـريـا
Jadilah seorang kesatria yang berdiri kokoh di atas tanah
Namun cita-citanya tinggi menerawang hingga menancap di atas langit

Tidak ada satu halpun yang dapat membinasakan kemauan (ambisi) kuat seseorang kecuali karena dirinya sendiri, yaitu dengan merendahkan dan membungkus dirinya dengan kelemahan, hingga melumpuhkan tekadnya, dan diapun tidak sanggup lagi untuk bergerak dan beraktifitas.
Yang membuat kemampuan seseorang terasa hambar dan tidak bermanfaat tiada lain adalah karena dia mengganggap dirinya sebagai orang yang lemah, serta tidak sanggup untuk beraktifitas dan bekerja secara kreatif. Pada umumnya, kebanyakan orang tidaklah akan sanggup untuk menggali kemampuan dan potensi dirinya kecuali melalui pelatihan dan pengalaman yang berulang.

Dan sudah merupakan hal yang lumrah bahwa hasil kerja seseorang sangatlah tergantung pada kadar kemauan (ambisi) dan tekadnya. Seseorang yang memiliki kemauan atau ambisi adalah seseorang yang memiliki tujuan dan cita-cita tinggi, walaupun bisa jadi pada saat tertentu kemampuannya belum mampu untuk menggapainya.
Namun dia akan senantiasa berusaha keras untuk meningkatkan kemampuannya hingga ambisi dan cita-citanya tercapai. Dan apabila kemampuannya telah tumbuh dan tergali, maka dia tidak akan berhenti pada sasarannya yang pertama saja, tetapi dia pun terus meningkatkan dan menggalinya dengan lebih seksama. Alangkah indahnya ungkapan Syaykh al-Islam Ibnu Taimiyah yang berkata:

“Orang awam (yang memiliki ambisi dan tekad biasa-biasa saja) akan berprinsip: Harga diri seseorang ada pada apa yang dianggapnya indah, sedangkan orang khusus (yang memiliki ambisi dan tekad luar biasa) berprinsip: Harga diri seseorang ada pada apa yang diidealismekannya (diperjuangkan atau dicita-citakannya)[Madārij as-Sālikīn Juz. 3 hal. 3 dan 148]

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More